Persebaya Surabaya tidak setuju untuk melanjutkan Liga 1 2020. Pernyataan ini disampaikan oleh Presiden skuat Bajol Ijo, Azrul Ananda, melalui laman resmi klub.
Ada dua alasan utama yang menjadi dasar keputusan Persebaya. Pertama, belum ada panduan teknis yang jelas dan detail dari PSSI untuk klub apabila kompetisi dilanjutkan.
Kemudian, Surabaya menjadi kota dengan jumlah kasus virus corona (COVID-19) dan kematian tertinggi di Indonesia. Aktivitas sepak bola akan membuat resiko penyebaran COVID-19 semakin tinggi.
“Sampai saat ini, selama 3 (tiga) bulan kompetisi terhenti, PSSI belum memberikan panduan teknis yang jelas dan detail pada klub apabila kompetisi dilanjutkan. Padahal ini sangat diperlukan untuk memberi kepastian kepada semua stakeholder sepak bola,” ujar Azrul Ananda.
“Keputusan untuk melanjutkan kompetisi di tengah situasi yang serba tidak pasti justru akan menambah risiko dan beban bagi klub. Saat ini, energi pemerintah dan seluruh elemen bangsa fokus pada melawan pandemi COVID-19. Belum ada tanda-tanda pandemi ini kapan akan berakhir,” lanjutnya.
“Terlebih situasi di Surabaya, jumlah pertambahan pasien dan kematian tertinggi di Indonesia. Hal yang sama juga terjadi di kawasan Surabaya Raya (Sidoarjo dan Gresik). Dalam situasi ini, sangat berisiko ada aktivitas sepak bola di semua tingkatan,” tuturnya menambahkan.
Persebaya sebelumnya menyampaikan lima poin untuk dijadikan pertimbangan mengenai kelanjutan Liga 1 2020. Lima poin itu adalah kesehatan dan keselamatan, ekonomi masyarakat, impak kompetisi jangka panjang, impak terhadap timnas Indonesia, dan finansial klub.
Dari lima poin tersebut, Persebaya berharap seluruh stakeholder sepakbola Tanah Air bisa mempertimbangkan segala risiko dan membuat kebijakan yang tidak mengorbankan masa depan.
“Persebaya akan berusaha menghormati segala keputusan yang dibuat berkaitan dengan kelanjutan Liga 1 2020. Tapi kami meminta kepada seluruh stakeholder sepak bola Indonesia untuk benar-benar mempertimbangkan segala keputusan yang dibuat,” ujar Azrul Ananda.
“Segala keputusan harus dibuat dengan dasar kepentingan paling luas. Bukan hanya sepak bola nasional dan masa depannya, tapi juga dampaknya terhadap masyarakat lebih luas,” imbuhnya.
“Kami yakin banyak klub-klub lain memiliki pemikiran yang sama. Jangan sampai mengorbankan masa depan yang pasti, demi jangka pendek yang penuh ketidakpastian. Apalagi kalau itu hanya untuk kepentingan sesaat,” tuturnya menutup.
Baca juga artikel VOCKET FC Indonesia lainnya yang telah kami sediakan untuk Anda
Menurut Menpora, Liga 1 Belum Pasti Bisa Lanjut Oktober 2020
Robbie Fowler Resmi Tinggalkan Klub Milik Bakrie Group, Brisbane Roar