PSSI mulai merencanakan berbagai cara agar Indonesia memiliki tim nasional yang tangguh di masa depan, salah satunya adalah dengan menitipkan pemain muda di klub-klub Eropa.
Cara tersebut dinilai akan lebih efektif dibanding mengirimkan satu tim untuk berlatih di Eropa. Sebab, jika sendiri, pemain tersebut akan ‘memaksa’ diri untuk mengikuti gaya hidup pesepak bola Eropa.
Berbeda apabila berlatih di Eropa secara berkelompok. Para pemain akan tetap berkomunikasi dengan bahasa Indonesia dan makanan yang dikonsumsi juga makanan-makanan khas Tanah Air.
“Kami tidak lagi mengirim satu tim ke luar negeri, tapi menitipkan satu atau dua pemain di setiap klub yang ada di luar negeri,” kata Indra Sjafri dalam webinar Youth Football Development bersama Kemenpora.
“Kalau ramai-ramai (satu tim) maka mereka akan komunikasi dengan bahasa Indonesia, mungkin kadang-kadang makan-makanan Indonesia juga. Tapi kalau sendiri, mereka akan dipaksa untuk bisa belajar gaya hidup sepak bola Eropa,” tambahnya.
Mantan pelatih Timnas Indonesia U-23 ini pun optimis jika program ini sudah dilaksanakan, tidak perlu ada pemusatan latihan (TC) jangka panjang untuk membentuk tim nasional yang tangguh.
Pelatih tim nasional nantinya hanya butuh 2-3 minggu saja untuk menyatukan chemistry dan menerapkan strategi permainan yang diinginkan.
“Kalau ada 10 sampai 20 anak main di Eropa saya yakin membangun tim sepak bola tidak perlu berbulan-bulan,” ujar Indra Sjafri.
“Tidak perlu ada TC jangka panjang, mungkin kita cukup dengan TC sesuai dengan aturan FIFA, 2 atau 3 minggu pertandingan,” tutup eks pelatih Bali United itu.
Saat ini, memang tidak banyak pemain asli Indonesia yang berkarier di luar negeri. Tercatat hanya ada tiga nama, yakni Egy Mualan Vikri (Lechia Gdansk), Witan Sulaeman (FK Rudnik Surdulica), dan Yanto Basna (Prachuap FC).