Mantan caretaker pelatih Timnas Indonesia, Yeyen Tumena, buka-bukaan mengenai kekalahan skuat Garuda atas Timnas Malaysia dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2022 di Stadion Bukit Jalil, Malaysia, Selasa (19/11/2020).

Ketika itu, Timnas Indonesia tumbang dua gol tanpa balas di markas Malaysia. Dua gol kemenangan tim berjuluk Harimau Malaya tersebut disumbangkan oleh Safawi Rasid pada menit ke-30 dan 73′.

Terkait kekalahan tersebut, Yeyen Tumena menyebut tekanan besar yang dirasakan oleh pemain menjadi salah satu alasannya. Para pemain Garuda merasa terbebani karena sebelumnya menelan tiga kekalahan beruntun.

Selain itu, tekanan besar dari publik pecinta sepak bola Tanah Air yang ingin Timnas Indonesia meraih kemenangan atas Malaysia di kandang mereka juga mempengaruhi kondisi mental.

Bahkan, karena tekanan besar tersebut, tiga pemain senior Timnas Indonesia menolak untuk menjadi kapten tim. Oleh karena itu, Yanto Basna yang berbilang masih muda menjadi kapten dalam laga tersebut.

Timnas Indonesia saat menghadapi Malaysia di Stadion Bukit Jalil. (Foto: PSSI).
Timnas Indonesia saat menghadapi Malaysia di Stadion Bukit Jalil. (Foto: PSSI).

“Tekanan itu ada, bahkan sampai menjelang pertandingan itu kan press conference pre-match, kemudian kita harus menentukan siapa kapten, gua menerima penolakan tiga pemain senior untuk ikut prescon dan menjadi kapten karena beban itu,” kata Yeyen Tumena di YouTube T10 TV.

“Tidak mau ikut prescon dan segala macam, itu pemain senior. Akhirnya gue pilih Yanto Basna karena bilang, ‘oke saya siap coach’. Enggak ada yang mau, terus siapa doang?” lanjutnya.

“Yanto mungkin berani karena dia terbiasa bermain di luar, dia tidak peduli, tidak pernah dengar netizen memaki dia, dan mungkin dia juga bodoh amat. Dia pede, ‘gak apa-apa coach, saya maju’,” tuturnya menceritakan.

Tekanan besar ini tidak hanya membuat pemain Indonesia tidak bersedia menjadi kapten, tetapi juga tidak berani mengambil sepakan penalti. Hal inilah mengapa Osas Saha yang akhirnya maju saat mendapat hadiah penalti pada menit ke-81 dan gagal.

“Tidak ada yang mau ambil (penalti). Pemain yang mengambil penalti itu sangat kecil penghargaannya. Kalau gol wah besar, kalau tidak gol ya dibilang b*d*h,” ujar Yeyen Tumena.

Ini adalah salah satu sebab yang disampaikan oleh Yeyen Tumena. Selain itu ada sebab-sebab lain seperti pembatasan pemanggilan pemain maksimal hanya dua dari setiap klub karena Liga 1 saat itu masih bergulir.

Yeyen Tumena juga tidak diizinkan mengambil pemain dari Timnas Indonesia U-23 yang dipersiapkan untuk SEA Games 2019. Sehingga dia merasa tidak bisa leluasa memanggil pemain yang diinginkan.

Baca juga artikel VOCKET FC Indonesia lainnya yang telah kami sediakan untuk Anda

Liga Thailand Kembali Bergulir 12 September, 4 Tim Teratas Di Paruh Musim Bakal Tampil Di Liga Champions Asia 2021

Termasuk Witan Sulaeman, Inilah 44 Pemain Yang Ikut TC Virtual Timnas Indonesia U-19

Liga 1 Ditangguhkan, Stadion PSM Makassar Berubah Jadi Kebun Sayur