Presiden Arema FC, Gilang Widya Pramana, merasa sanksi yang diberikan oleh PSSI sudah berat, yakni dilarang menggelar laga home hingga sisa laga di Liga 1 2022/2023. Sehingga sanksi degradasi seharusnya tak perlu dilakukan.
Arema FC sendiri disanksi larangan laga home karena kericuhan di Stadion Kanjuruhan yang berakibat meninggalnya suporter hingga 125 orang. Tragedi ini juga menjadi perhatian publik dunia.
Dikarenakan banyaknya nyawa yang melayang, ada pihak yang merasa bahwa sanksi itu terlalu ringan. Disarankan hukuman untuk Arema FC seharusnya adalah sanksi degradasi.
Namun, Gilang Widya Pramana merasa sanksi larangan ‘home’ itu sudah cukup berat. Sebab, klub akan tidak memiliki pemasukan dari tiket. Kemudian, ada potensi sponsor untuk komplain lantaran tiadanya laga home.
Selain itu, ketiadaan pemain ke-12 di tribune stadion bisa turut mempengaruhi semangat juang di lapangan. Oleh karena itu, sanksi degradasi tidak perlu dilakukan lantaran larangan home ini sudah dirasa membuat jera.
“Sebenarnya sanksi kami tidak bisa lagi bermain home sampai akhir musim itu sangat memberatkan,” kata Gilang Widya Pramana di YouTube Kompas TV, Minggu (2/10/2022).
“Yang pertama karena kami tidak bisa mendapatkan pemasukan dari tiket. Yang kedua sponsor pasti juga akan banyak melakukan komplain, karena ketika kita bermain di laga home banyak sekali aktivasi kegiatan yang dilakukan di sana,” lanjutnya.
“Dan yang ketiga ketika bermain home biasanya mendapatkan pendukung ke-12 yang menjadi semangat ekstra. Jadi sebenarnya larangan hukuman untuk tidak bermain home selama akhir musim itu sebenarnya sudah cukup buat kami untuk instropeksi dan membuat kami jadi lebih baik,” tuturnya menambahkan.
Sementara itu, manajemen Arema FC juga memastikan bakal memberikan santunan untuk korban tragedi di Stadion Kanjuruhan. Korban luka ringan sebesar Rp 2 juta, luka berat Rp 5 juta, dan korban meninggal adalah Rp 10 juta.